Rabu, 23 Oktober 2013



BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Mikroorganisme sulit dilihat dengan mikroskop cahaya, karena tidak mengadsorbsi ataupun membiaskan cahaya. Alasan inilah yang menyebabkan zat warna digunakan untuk mewarnai mikroorganisme atau latar belakangnya. Sebagaimana fungsi dari mikroskop yakni merupakan alat yang digunakan untuk melihat jasad renik yang sangat kecil yang tidak dapat dilihat mata dan salah satunya adalah dalam pengamatan bakteri, kita dapat melakukannya dengan cara pewarnaan atau pengecatan. Kecuali untuk bakteri tertentu yang jumlahnya sangat terbatas sel mikroba bersifat tembus cahaya. Sehingga sukar untuk dilihat atau diteliti di bawah alat pembesaran yang sudah ada. Ini disebabkan karena banyaknya mikroba yang tidak mempunyai butir warna.
Pengenalan bentuk (morfologi) mikroba harus dilakukan dengan melalui pewarnaan terlebih dahulu karena tanpa melalui pewarnaan atau pengecatan, tidak akan dapat diamati secara jelas.Pengecatan mikroba dalam praktikum ini, dilakukan terhadap berbagai  jenis bakteri  dan dengan menggunakan   beberapa zat pewarna, hal ini agar dapat diketahui prinsip penggunaan masing-masing metoda tersebut terhadap mikroba uji.



I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Mengetahui cara pengecatan sel dan struktur sel bakteri dengan menggunakan teknik pewarnaan tertentu.
I.2.2 Tujuan Percobaan
1.      Mengamati morfologi bakteri Escherichia Coli  dan Bacillus Subtilis dengan pewarnaan sederhana, negatif dan gram.
2.      Mengamati  bakteri Mycobacterium sp dan Proteus Vulgaris  dengan pewarnaan tahan asam.
3.      Mengamati struktur bakteri Acetobacter sp dan proteus Vulgaris dengan pewarnaan kapsul.
4.      Mengamati struktur bakteri Bacillus Subtilis dengan pewarnaan Spora.
I.3  Prinsip Percobaan
1.               Pengamatan morfologi bakteri Staphylococcus aureus dan Bacillus subtilis dengan pengecatan sederhana berdasarkan penambahan warna metilen biru dengan pengamatan dibawah mikroskop pada perbesaran 10 x 10.
2.               Pengamatan morfologi dan penentuan jenis bakteri Eschericia coli dan Bacillus subtilis dengan pengecatan negative berdasarkan penambahan tetesan nigrosin pada ujung gelas objek bersama inokulum yang digeserkan dengan gelas objek lain secara perlahan-lahan hingga membentuk lapisan tipis dan diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 10 x 10.
3.               Pengamatan warna bakteri Eschericia coli dan Bacillus subtilis dengan melakukan pengecatan gram pada bakteri menggunakan tetesan gram A (Kristal violet), gram B (Iodium), gram C (Etanol), dan gram D (Safranin), yang diteteskan secara berturut-turut dan diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 10 x 10 yang ditandai dengan perubahan warna menjadi ungu untuk bakteri gram positif dan berwarna merah untuk bakteri gram negative.
4.             Pengamatan warna bakteri Mycobacterium sp dan bakteri Proteus vulgaris dengan melakukan pengecatan tahan asam menggunakan zat warna karbol fuchsin, lalu dicuci dengan alcohol asam sampai berwarna kemerahan dan penambahan metilen biru kemudian diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 10.
5.           Pengamatan struktur bakteri dengan melakukan pengecatan kapsul pada bakteri Proteus vulgaris dan bakteri Bacillus subtilis dengan menggunakan zat warna kristal violet lalu dibilas dengan larutan CuSO4, kemudian diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 10.
6.            Pengamatan struktur bakteri dengan melakukan pengecatan spora Bacillus subtilis dengan menggunakan zat warna malachite green dan ditambahkan dengan larutan safranin kemudian diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 10 x 10.


















I.3 Prinsip Percobaan
1.       Pengamatan morfologi bakteri Bacillus subtilis  dan E. coli dengan menggunakan teknik pewarnaan sederhana dimana yang akan terwarnai yaitu bakterinya yang memberikan warna biru dengan zat warna maetilen biru.
2.       Pengamatan morfologi bakteri  Bacillus subtilis  dan E. coli dengan menggunakan teknik pewarnaan negatif dimana yang akan terwarnai yaitu latar belakangnya yang berwarna hitam sedangkan bakteri tidak berwarna menggunakan zat warna nigrosin.
3.       Pengamatan golongan bakteri  Bacillus subtilis, dan E. coli dengan menggunakan teknik pewarnaan Gram, dimana bakteri yang bersifat Gram-positif akan berwarna ungu karena mengikat zat warna kristal violet, dan bakteri Gram-negatif akan berwarna merah karena mengikat zat warna safranin.
4.       Pengamatan struktur bakteri Proteus Vulgaris dengan menggunakan teknik pewarnaan kapsul, dimana kapsul dari bakteri akan berwarna ungu karena mengikat zat warna kristal violet.
5.       Pengamatan struktur bakteri Proteus vulgaris dengan menggunakan teknik pewarnaan spora, dimana spora dari bakteri akan berwarna hijau karena mengikat zat warna malachite green.
6.       Pengamatan golongan bakteri Proteus vulgaris dan Mycobacterium sp. dengan menggunakan teknik pewarnaan tahan asam dimana bakteri yang tahan asam akan berwarna merah karena mengikat zat warna karbol fuchsin dan bakteri yang tidak tahan asam akan berwarna biru karena mengikat zat warna metilen biru.







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum
Mikroorganisme sulit dilihat dengan mikroskop cahaya, karena tidak mengabsobsi maupun tidak mebiaskan cahaya. Alasan inilah yang menyebabkan  zat warna digunakan untuk mewarnai mikroorganisme atau latar belakangnya. Zat warna yang mengabsorbsi  dan membiaskan cahaya sehingga kontras mikroorganisme dengan sekelilingnya ditingkatkan. Penggunaan  zat warna  memungkimkan pengamatan struktur sel seperti spora, flagella dan bahan  inklusi yang mengandung zat pati dan granua fosfat. Pewarnan yang digunakan untuk melihat alah satu struktur sel disebut pewarnaan khusus, sedangkan  pewarnaan yang digunakan untuk memilah organisme disebut pewarnaan diferensial. Pewarnaan gram merupakan contoh pewarnaan diferensial  yang mmilah bakteri menjadi dua yaitu kelompok gram positif dan gram negatif .   (1:13)
Zat warna yang digunakan  daam pewarnaan bersifat basa atau asam. Pada zat yang basa , bagian  yang berperan dalam memberikan warna  disebut kromofor dan mempunyai muatan postif. Sebaliknya, pada zat warna asam, bagian yang memberikan zat warna  mempunyai muatan negatif. Zat warna yang basa lebih banyak digunakan  karena muatan negatif banyak ditemukan pada dinding sel, membrane sel sitoplasma sewaktu proses pewarnaan. Muatan positif pada zat warna basa akan berikatan dengan muatan negatif dalam sel, sehingga mikroorganisme jelas terlihat.  (1:13)
Bakteri atau mikroorganisme lainnya dapat dilihat dengan mikroskop biasa tanpa pengecatan biasa tanpa pengecatan yaitu dengan cara-cara khusus, misalnya dengan hanging drop, menggunakan kondensor medan gelap, dan lain-lainnya. Tetapi pengamatan tanpa pengecatan lebih sukar dan tidak dapat dipakai untuk melihat bagian-bagian sel dengan teliti, karena sel bakteri atau mikroorganisme lainnya transparan. (2;38)
Fungsi pengecatan terutama untuk memberi warna pada sel atau bagian-bagiannya, sehingga menambah kontras dan tampak lebih jelas. Selain dari pada itu pengecatan dapat juga menunjukkan bagian-bagian struktur sel, menunjukkan distribusi, dan susunan kimia bagian-bagian (konstituen) sel, membedakan mikroorganisme satu dengan yang lain, menentukan pH dan potensial oksidasi-reduksi ekstra selluler dan intraselluler. (2;38)
Pada umumnya cat yang dipergunakan dalam pengecatan biologis merupakan senyawa-senyawa garam dan dibagi atas dua macam cat yaitu cat basa dan cat asam tergantung daripada muatan-muatan cat. (2;39)
1.      Cat basa, yaitu garam-garam cat yang ion-ion catnya adalah kation (bermuatan positif). Misalnya methylen biru, safranin, merah metal, dan lain-lain.
2.      Cat asam yaitu cat yang terdiri atas kation-kation ligan dan anion-anion cat, Naeosinate, eosin, fuchsin yang asam, kongo merah, dan lain-lain.

Disamping cat-cat asam dan basa masih ada cat-cat lain bersifat netral dan yang bersifat indifferen. Misalnya Sudan III dan Dimethylamido azobenzol (cat-cat indifferen) dan cat Eosin methylen blue bersifat netral. Sifat dari cat asam pada umumnya dapat bersenyawa lebih cepat dengan bagian-bagian sitoplasma sel, sedangkan cat-cat yang bersifat basis mudah bereaksi dengan bagian-bagian inti dari sel. (2;39)
Menurut teori yang berdasarkan ikatan kimia dinyatakan bahwa jaringan-jaringan sel terdiri atas gugus-gugus yang bersifat “base” dan gugus-gugus yang bersifat “asam” yang dapat bereaksi dengan gugus asam atau basa dari cat (perlu diingat bahwa konstituen-konstituen sel merupakan protein-protein atau asam amino yang merupakan senyawa-senyawa amfoter). Sebaliknya menurut teori yang berdasarkan atas pengikatan secara fisik menyatakan bahwa peristiwa pengikatan merupakan proses adsorpsi cat pada konstituen sel. Sebegitu jauh mekanisme pengecatan biologis belum dapat dipecahkan secara umum, sehingga masih perlu adanya penyelidikan-penyelidikan yang lebih mendalam. (2;40)
PEWARNAAN
System Pewarnaan
Pengenalan bentuk (morfologis) mikroba, kecuali untuk kelompok mikroalge, harus dilakukan melalui pewarnaan terlebih dahulu. Karena tanpa melalui pewarnaan, maka bentuk tersebut tidak akan dapat diamati secara jelas. (3;41)
Pewarnaan atau pengecatan terhadap mikroba, banyak dilakukan baik secara langsung (bersama bahan yang ada) ataupun secra tidak langsung (melalui biakan murni). Tujuan pewarnaan tersebut ialah untuk :
1.       Mempermudah melihat bentuk jasad, baik bakteri, ragi ataupun fungi.
2.       Memperjelas ukuran dan bentuk jasad.
3.       Melihat struktur luar dan kalau memungkinkan juga struktur dalam jasad.
4.       Melihat reaksi jasad terhadap pewarna yang diberikan sehingga sifat fisik dan kimia yang ada akan dapat diketahui. (3;42)
Pewarna yang digunakan pada umumnya berbentuk senyawa kimia khusus yang akan memberikan reaksi kalau mengenai tubuh jasad. Karena pewarna tersebut berbentuk ion bermuatan positif ataupun negatif. (3;42)
Sel bakteri bermuatan mendekati negatif kalau dalam keadaan pH mendekati netral. Sehingga kalau kita memberi pewarna yang bermuatan positif, misalnya metilen biru, hasil pewarnaan akan nampak jelas.
Secara kimia, zat warna dapat digolongkan ke dalam senyawa basa dan senyawa asam. Jika warna terletak pada muatan positif, maka senyawa tersebut dinamakan zat warna basa. Sebaliknya jika warna terdapat pada ion bermuatan negatif , maka zat warna tersebut dinamakan zat warna asam. Salah satu sifat dari zat warna untuk penggunaan pewarnaan mikroba ialah bahwa zat warna asam, pada umumnya mempunyai sifat bersenyawa lebih cepat dengan bagian-bagian sitoplasma sel, sedang zat warna basa mudah bereaksi dengan bagian-bagian sitoplasma sel, sedang zat warna basa mudah bereaksi dengan bagian-bagian inti sel. (3;44)
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengecatan atau Pewarnaan
Cara-cara pengecatan bakteri ataupun pengecatan biologis pada umumnya mempergunakan lebih dari satu tingkat pengecatan. Hasil-hasil pengecatan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti fiksasi, pengaruh substrat, peluntur (dekolorisator), dan lain-lain. (2;40)
1) Fiksasi
Sebelum bakteri atau mikroorganisme dilakukan pengecatan atau pewarnaan, harus dilakukan fiksasi terlebih dahulu. Cara-cara pengcatan pada umumnya yang paling banyak digunakan adalah cara fisik (dengan pemanasan atau dengan freeze drying) atau dapat juga dilakukan fiksasi dengan menggunakan reagensia kimia. (2;40)
Fungsi fiksasi adalah : (2;40)
1.      Mencegah mengkerutnya globula-globula protein sel.
2.      Mempertinggi sifat gugus-gugus reaktif (gugus-gugus karboksil primer, amino, SH).
3.      Merubah afinitas cat.
4.      Dapat membunuh bakteri atau mikroorganisme dengan cepat tanpa menyebabkan perubahan-perubahan bentuk maupun strukturnya.
5.      Meletakkan bakteri atau mikroorganisme di atas gelas obyek.
6.      Membuat sel-sel lebih kuat dan keras.

Pada pemilihan cara fiksasi tidak menyebabkan hal-hal yang tidak dikehendaki seperti menyebabkan sel lisis, melarutkan konstituen-konstituen sel dan lain sebagainya. Cara kerja untuk melakukan fiksasi yang banyak dipergunakan pada pengecatan bakteri adalah dengan membuat lapisan film bakteri di atas gelas obyek, kemudian dikeringkan di udara dan dipanggang di atas lampu spiritus. Pada pengecatan biologis lainnya banyak dipergunakan reagensia-reagensia fiksasi kimia seperti campuran asam cuka dengan asam pikrat, alkohol dengan aseton, asam khromat dengan asam formiat, dan lain-lain. (2;41)
2) Pengaruh Substrat
Seperti yang telah disebutkan bahwa tiap cat basa atau cat asam dapat bereaksi dengan konstituen-konstituen sel tertentu. Oleh karena itu substrat organik seperti lipida-lipida, protein-protein, asam-asam nuklein, dan karbohidrat juga akan mempengaruhi pengecatan biologis. (2;41)
Berdasarkan atas macam cat yang dapat diserap atau diikat oleh sel, maka sel-sel dapat dibedakan sebagai berikut :
a.       Sel-sel yang basofil, yaitu yang dapat mengisap atau mengikat cat basa.
b.      Sel- sel asidofil atau oxyphil, yaitu yang dapat menyerap atau mengikat cat asam.
c.       Sel-sel yang sudanofil, yaitu sel-sel yang dapat mengisap cat-cat yang dapat larut dalam minyak.
3) Peluntur (decolorizer)
Dekolorisasi dipergunakan terutama untuk memperoleh kontras yang baik pada bayangan mikroskop. Pada umumnya sel-sel yang sukar dicat akan lebih sukar pula didekolorisasi. Sebagai contoh adalah pengecatan “acid fast” pada Mycobacterium sp. dan spora. Sebaliknya sel-sel yang mudah dicat akan lebih mudah pula didekolorisasi. (2;41)
Peluntur atau dekolorizer ada beberapa macam, antara lain : (2;42)
a.       Peluntur cat yang lemah, misalnya alkohol, air, minyak cengkeh, aseton, dan gliserin.
b.      Peluntur cat yang asam, yaitu HCl, H2SO4, HNO3, campuran asam-asam tersebut dengan alkohol.
c.       Peluntur cat basa, yaitu KOH, NaOH, sabun, dan garam-garam basa.
d.      Garam logam berat, yaitu AgNO3., CuSO4, dan lain-lain.
e.       Garam-garam logam ringan, yaitu Na2SO4, MgSO4, dan lain-lain.
Apabila suatu cat telah diikat oleh suatu bagian sel, misalnya cat thiosin oleh inti sel, maka cat tersebut tidak dapat didekolorisasikan oleh alkohol. Cat semacam ini disebut “alcohol fast”. Berdasarkan atas uraian tersebut tadi, maka dikenal acid fast, water fast, dan lain-lain. (2;42)
 4) Intensifikasi Pengecatan
Untuk mengintensifkan cat dapat dilakukan beberapa cara seperti mempertinggi kadar cat, mempertinggi suhu pengecatan (60-90oC) atau menambah suatu mordant. Mordant adalah suatu substansi kimia yang dapat menyebabkan sel-sel bakteri atau mikroorganisme dapat dicat lebih intensif atau menyebabkan cat terikat lebih kuat pada jaringan sel dibandingkan apabila pada cara pengecatan tidak diberikan mordant. Sebagai contoh mordant adalah tannin dengan campuran I-KI, FeSO4, dan lain-lain. (2;42)
5) Cat Penutup
Pada pengecatan bertingkat seperti pada pengecatan GRAM atau NEELSEN, pada akhir pengecatan untuk memberi kontras pada sel-sel yang tidak mengisap cat utama dilakukan pengecatan kembali. Sebagai cat penutup yang banyak digunakan adalah methylen blue, safranin, dan lain-lain tergantung dari macam atau jenis preparat. (2;42)

Reaksi Pewarnaan
Zat warna adalah merupakan garam yang terdiri atas ion positif dan ion negatif. Salah satu diantaranya berwarna. Pada zat warna yang bersifat basa, warna tersebut berada pada ion positif (yaitu, zat pewarna +Cl-), sedangakan ion negatif (Na+ dan zat pewarna-). (4;72)
Hubungan antara mikroorganisme dengan zat pewarna basa yang menonjol disebabkan terutama oleh karena adanya asam nukleat dalam jumlah yang besar dalam protoplasma selnya. Apabila mikroorganisme diwarnai, muatan negatif dalam asam nukleat mikroorganisme bereaksi dengan ion positif zat warna basa. Kristal violet, safranin, dan metil biru adalah merupakan pewarna basa yang sering digunakan. (4;72)


Sebaliknya apabila zat warna asam ditolak oleh muatan negatif mikroorganisme. Maka olesan pada mikroorganisme dengan pewarna asam, akan menghasilkan latar belakang yang diwarnai, maka sel mikroorganisme tidak terwarnai, tetapi latar belakang yang terwarnai. Cara ini sangat penting untuk mengamati bentuk keseluruhan sel yang sangat kecil, dan proses pewarnaan ini disebut pewarnaan negatif. (4;72)

















II.2 Uraian Bahan
1)      Alkohol (6;65)
Nama resmi                 : Aethanolum
Nama Lain                  : Etanol, alkohol
RM/BM                       : C2H6O / 46,07
Rumus Bangun           : CH3-CH2-OH
Pemerian                     : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap.
Kelarutan                    :  Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform p, dan dalam eter p.
Penyimpanan               :  Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan                    :  Sebagai antiseptic

2)  Air suling (6;96)
Nama resmi                 :  Aqua destillata
Nama lain                    :  Aquadest, air suling
RM/BM                       :  H2O / 18,02
Rumus Bangun           :  H-O-H
Pemerian                     : Cairan tak berwarna, jernih, tidak berbau, tidak   berasa, dan bebas dari mikroba.
Penyimpanan               :   Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan                    :   Sebagai pelarut

3)  CuSO (6;731)
Nama resmi                 :  Cuprii (II) sulfas
Nama lain                    :  Tembaga (II) sulfat
RM/BM                       :  CuSO4 / 159,95
Pemerian                     :  Prisma triklinik atau serbuk hablur biru
Kelarutan                    : Larut dalam tiga bagian air dan dalam tiga bagian   gliserol P, sangat sukar larut dalam etanol (95%) P
Penyimpanan               :  Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                    :  Sebagai peluntur zat warna

4)  Metilen Biru ­ (6;381)
Nama resmi                 : Methylthionini Chloridum
Nama lain                    : Biru metilen, Metilen biru
RM/BM                       : C16H18CIN3S.2H2O / 372,90
Rumus bangun            :



Pemerian                     : Serbuk hablur mengkilat seperti logam atau suram kehijauan tua atau serbuk warna coklat, hampir tidak berbau, dan higroskopik
Kelarutan                    : Larut dalam 40 bagian air, dalam 110 bagian etanol dan dalam 450 kloroform P.
Penyimpanan                : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan                     : Sebagai zat warna basa
 
5)  Hijau Malakit (7;1199)
Nama resmi                 :  Malakit Green
Nama lain                    :  Hijau Malakit
Rumus Bangun           :







BM                              :  927,02
Pemerian                     :  Serbuk hijau tua, rasa logam
Kelarutan                    : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam asam asetat glasial P.
Trayek pH                   : 0,0 – 2,0
Penyimpanan                : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan                     : Sebagai zat warna basa



6)  Karbol fuksin ­ (7;994)
Nama resmi                 :  Magenta
Nama lain                    :  Karbol fuksin
Pemerian                     : Serbuk berwarna merah tua atau hablur berwarna hijau; mengkilap mirip logam
Kelarutan                    : Larut dalam air, larutan berwarna ungu kemerahan tua.
Penyimpanan                : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan                     : Sebagai zat warna basa

8)  Kristal violet­ (7;971)
Nama resmi                 :  Kristal violet
Pemerian                     :  Hablur berwarna hijau tua
Kelarutan                    : Sukar larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol P dan dalam asam asetat glasial, berwarna lembayung











Jenis-jenis bakteri yang digunakan dalam pengecatan
1.  Escherichia coli
            a).  Klasifikasi
Dunia       : Procaryotae
Divisi         : Schizophyta
Kelas         : Ascomycetes
Bangsa                  : Eubacteriales
Suku          : Enterobacteriaceae
Marga        : Escherichia
Jenis          : Escherichia coli
b).  Morfologi
Batang lurus, 1,1 - 1,5 um x 2,0 - 6,0 um, motil dengan flagellum peritrikus atau nonmotil. Gram negatif. Tumbuh dengan mudah pada medium nutrien sederhana. Laktose difermentasi oleh sebagian besar galur dengan produksi asam dan ga. Kandungan G+C DNA ialah          50-51 mol %.

2. Proteus vulgaris
a).  Klasifikasi
Dunia        : Procaryotae
Divisi         : Schizophyta
Kelas         : Bacteria
Bangsa                                    : Eubacteriales
Suku          : Enterobacteriaceae
Marga        : Proteus
Jenis          : Proteus vulgaris
b). Morfologi
Terdapat dalam dua bentuk koloni, satu serupa koloni yang tipis dengan sel-sel yang bergerak, sedang yang lain agak padat dengan sel-sel yang tidak bergerak.

3.  Bacillus subtilis
a).  Klasifikasi
Dunia       : Procaryotae
Divisi         : Schizophyta
Kelas         : Bacteria
Bangsa                                    : Eubacteriales
Suku          : Bacillaceae
Marga        : Bacilllus
Jenis          : Bacilus subtilis
b). Morfologi
Sel berbentuk batang, 0,3 – 2,2 mm x 1,27 – 7,0 mm, sebagian besar motil, flagellum khas lateral. Membentuk endospora, tidak lebih dari satu sel sporangium. Gram positif, metabolisme dengan respirasi sejati, fermentasi sejati atau keduanya.



4.  Mycobacterium sp.
a).  Klasifikasi
Dunia       : Procaryotae
Divisi         : Schizophyta
Kelas         : Schizomycetes
Bangsa                                    : Actinomycetes
Suku          : Mycobactericeae
Marga        : Mycobacterium
Jenis         :  Mycobacterium sp
b).  Morfologi
Pada jaringan tubuh tuberculosis berbentuk batang, halus berukuran   3 x 0,5 m. seperti biji-biji, pada pembuahan berbentuk koloid dan berfilamen. Tidak berspora.











II.4. Prosedur Kerja
Pengecatan Spora (2; 46)
Bahan dan alat :
1.       Biakan murni Bacillus subtilis.
2.       Larutan Malachite Grren dan larutan safranin.
3.       Kertas isap.
4.       Gelas obyek.
5.       Jarum ose.
6.       Alkohol 70 % dan pembakar spiritus.
Cara Kerja :
1.       Siapkan preparat olesan bakteri.
2.       Tutuplah preparat olesan tersebut dengan sepotong kertas isap.
3.       Tetesi larutan Malachite Green.
4.       Letakkan preparat di atas pembakar spiritus selama 5 – 10 menit dan jaga sampai larutan kering.
5.       Angkat kertas isap dan cuci preparat dengan air mengalir.
6.       Tetesi dengan larutan safranin selama 30 – 45 detik.
7.       Cuci kembali dengan air mengalir dan keringkan secara hati-hati dengan memakai kertas isap.
8.       Amati dibawah mikroskop memakai pembesaran kuat dengan menggunakan minyak imersi.
9.       Catat gambar letak, bentuk dan ukuran spora.

Pengecatan Kapsul (2; 46-47)
Bahan dan alat :
1.       Biakan murni Proteus vulgaris dan Enterobacter aerogenes dalam Skim Milk Agar.
2.       Larutan CuSO4 20 % dan larutan kristal violet 1 %.
3.       Gelas objek dan kertas isap serta jarum ose.
4.       Alkohol 70 % dan pembakar spiritus.
Cara kerja :
1.       Siapkan preparat olesan bakteri.
2.       Tetesi dengan larutan kristal violet dan panaskan di atas penangas air selama 1 menit.
3.       Bilas dengan larutan CuSO4 dan keringkan dengan kertas isap.
4.       Amati di bawah mikroskop memakai pembesaran kuat dengan menggunakan minyak imersi.
Pengecatan Dinding Sel (2; 47)
Bahan dan alat :
1.       Biakan murni Bacillus cereus dalam medium NA umur 24 jam.
2.       Larutan Cetylpyridinum chloride.
3.       Larutan Congo red jenuh dan larutan metal biru.
4.       Gelas obyek, kertas isap, dan jarum ose.
5.       Alkohol 70 % dan pembakar spiritus.


Cara kerja :
1.       Siapkan preparat olesan bakteri.
2.       Tetesi 3 tetes larutan Cetylpyridinum chloride di atas preparat dan tambahkan 1 tetes larutan Congo red jenuh.
3.       Goyang-goyangkan gelas obyek sehingga kedua larutan tercampur baik.
4.       Cuci dengan air mengalir.
5.       Tetesi dengan larutan metal biru selama 10 detik.
6.       Cuci dengan air mengalir dan keringkan dengan kertas isap.
7.       Amati di bawah mikroskop memakai pembesaran kuat dengan menggunakan minyak imersi.
8.       Gambar dan catat hasil pengamatan.












BAB III
METODE KERJA

III.1 Alat yang Digunakan
- Baskom
- Gegep
- Gunting
- Labu semprot
- Lampu spiritus
- Lap
- Mikroskop
- Objek gelas
- Ose bulat
- Rak tabung
- Spoit
- Tabung reaksi
- Lap
III.2 Bahan yang Digunakan

- Aquadest
- Alkohol 70 %
- Alkohol 96%
- Alkohol asam
- Bakteri Bacillus subtilis
- Bakteri Escherichia coli
- Bakteri Mycobakterium sp.
- Bakteri Proteus vulgaris
- Kertas saring
- Larutan CuSO4
- Pewarna karbol fuksin
- Pewarna kristal violet
- Pewarna malakit green
- Pewarna methylen blue
- Pewarna mordant
- Pewarna nigrosin
- Pewarna safranin
- Tissue  roll










III.3 Cara Kerja
1)  Pewarnaan Sederhana
-    Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
-    Dibersihkan objek gelas dengan alkohol hingga bebas lemak
-    Diambil satu ose suspensi bakteri Bacillus subtilis atau satu tetes suspensi bakteri Bacillus subtilis dengan menggunakan spoit, secara aseptis
-    Suspensi bakteri tadi diletakkan di atas objek gelas
-    Kemudian difiksasi di atas lampu spiritus
-    Ditambahkan 1 tetes Metilen Biru
-    Dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan di atas kertas uap
-    Diamati bentuk morfologinya dengan menggunakan mikroskop dan digambar hasil pengamatannya
-    Hal yang sama juga dilakukan pada bakteri Escherichia coli

2)  Pewarnaan Negatif
-    Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
-    Dibersihkan objek gelas dengan alkohol hingga bebas lemak
-    Diambil satu ose suspensi bakteri Bacillus subtilis atau satu tetes suspensi bakteri Bacillus subtilis dengan menggunakan spoit, secara aseptis
-    Suspensi bakteri tadi diletakkan di atas objek gelas, difiksasi
-    Kemudian ditambahkan 1 tetes nigrosin, diambil objek gelas yang lain dan dimiringkan di atas dan secara perlahan-lahan dibuat pulasan hingga membentuk lapisan tipis
-    Diamati bentuk morfologinya dengan menggunakan mikroskop dan digambar hasil pengamatannya
-    Hal yang sama juga dilakukan pada bakteri Escherichia coli

3)  Pewarnaan Kapsul
-    Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
-    Dibersihkan objek gelas dengan alkohol hingga bebas lemak
-    Diambil satu ose suspensi bakteri Bacillus subtilis atau satu tetes suspensi bakteri Bacillus subtilis dengan menggunakan spoit, secara aseptis
-    Suspensi bakteri tadi diletakkan disebar dan dibiarkan kering di udara
-    Kemudian difiksasi di atas lampu spiritus
-    Ditambahkan 2-3 tetes kristal violet, dan dibilas dengan larutan CuSO4
-    Diserap dengan kertas uap
-    Diamati bentuk morfologinya dengan menggunakan mikroskop dan digambar hasil pengamatannya

4)  Pewarnaan Gram
-    Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
-    Dibersihkan objek gelas dengan alkohol hingga bebas lemak
-    Diambil satu ose suspensi bakteri Bacillus subtilis atau satu tetes suspensi bakteri Bacillus subtilis dengan menggunakan spoit, secara aseptis
-    Suspensi bakteri tadi diletakkan di atas objek gelas
-    Kemudian ditambahkan 2-3 tetes kristal violet, dicuci dengan air mengalir
-    Ditambahkan lagi dengan 1 tetes larutan mordan, dicuci dan dikeringkan.
-    Ditambahkan 1 tetes etanol 96%, dicuci dan dikeringkan
-    Dan kemudian ditambahkan 1 tetes safranin
-    Diamati bentuk morfologinya dengan menggunakan mikroskop dan digambar hasil pengamatannya
-    Hal yang sama juga dilakukan pada bakteri Escherichia coli

5)  Pewarnaan Spora
-    Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
-    Dibersihkan objek gelas dengan alkohol hingga bebas lemak
-    Diambil satu ose suspensi bakteri Proteus vulgaris atau satu tetes suspensi bakteri Proteus vulgaris dengan menggunakan spoit, secara aseptis
-    Suspensi bakteri tadi diletakkan di atas objek gelas
-    Kemudian ditutup dengan menggunakan kertas saring
-    Ditambahkan dengan 2 tetes larutan hijau malakit
-    Didinginkan dan kertas saring dibuang, kemudian dicuci dengan air mengalir
-    Dan kemudian ditambahkan lagi dengan 1-2 tetes larutan safranin
-    Dikeringkan dan diamati bentuk morfologinya dengan menggunakan mikroskop serta digambar hasil pengamatannya



6)  Pewarnaan Tahan Asam
-    Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
-    Dibersihkan objek gelas dengan alkohol hingga bebas lemak
-    Diambil secara aseptis air steril dan diletakkan di atas objek gelas, dan satu ose suspensi bakteri Mycobacterium sp atau satu tetes suspensi bakteri Mycobacterium sp dengan menggunakan spoit secara aseptis, kemudian diratakan.
-    Ditutup dengan menggunakan kertas saring
-    Ditambahkan dengan 1 tetes karbol fuksin
-    Kertas saring dibuka, dan didinginkan dengan air mengalir
-    Kemudian dicuci dengan alkohol asam dan pencucian dilanjutkan dengan menggunakan air mengalir
-    Ditambahkan dengan 1 tetes metilen biru dan dicuci dengan air mengalir
-    Dikeringkan dan diamati bentuk morfologinya dengan menggunakan mikroskop serta digambar hasil pengamatannya










BAB V
PEMBAHASAN

Mikroorganisme sulit dilihat dengan mikroskop cahaya, karena tidak mengadsorbsi ataupun membiaskan cahaya. Alasan inilah yang menyebabkan zat warna digunakan untuk mewarnai mikroorganisme atau latar belakangnya. Sebagaimana fungsi dari mikroskop yakni merupakan alat yang digunakan untuk melihat jasad renik yang sangat kecil yang tidak dapat dilihat mata dan salah satunya adalah dalam pengamatan bakteri, kita dapat melakukannya dengan cara pewarnaan atau pengecatan. Kecuali untuk bakteri tertentu yang jumlahnya sangat terbatas sel mikroba bersifat tembus cahaya. Sehingga sukar untuk dilihat atau diteliti di bawah alat pembesaran yang sudah ada. Ini disebabkan karena banyaknya mikroba yang tidak mempunyai butir warna.
A. Pengecatan sederhana
Pada percobaan yang dilakukan, untuk pewarnaan sederhana bakteri yang diamati yaitu Bacillus subtilis dan E. coli dan digunakan satu macam zat warna saja yaitu zat warna metilen biru. Percobaan ini dilakukan dengan mengambil suspensi bakteri yang diletakkan di atas sebuah kaca objek kemudian difiksasi di atas api dan ditambahkan zat warna metilen blue, lalu dilakukan pengamatan di bawah mikroskop. Pada pewarnaan ini yang terwarnai adalah bakterinya, hal ini disebabkan karena zat warna yang digunakan itu bersifat basa (positif) sedangkan bakteri umumnya bersifat negatif. Oleh karena itu zat warna dan bakteri saling berikatan sehingga zat warna tersebut dapat melekat pada dinding sel bakteri sehingga memberikan warna biru pada bakteri tersebut.
 Pengecatan sederhana pada bakteri Bacillus subtilis menunjukkan bentuk basilus dengan warna ungu, warna ini berasal dari pewarna kristal violet yang bersifat basa yang bermuatan positif  yang mudah berikatan dengan dinding bakteri Bacillus subtilis bermuatan negatif sehingga menghasilkan pewarnaan pada bakteri yang lebih kontras dibanding sekelilingnya, sehingga bentuk bakteri lebih mudah diamati.
               Pengecatan sederhana pada bakteri Escherichia coli menunjukkan bentuk basil dengan warna ungu, warna ini berasal dari pewarna kristal violet yang bersifat basa dan bermuatan positif yang mudah terikat dengan bakteri Escherichia coli yang dinding selnya muatannya negatif menghasilkan pewarnaan pada bakteri yang lebih kontras dibanding sekelilingnya , sehingga bentuk bakteri lebih mudah diamati.
B.  Pengecatan atau pewarnaan negatif

Untuk pewarnaan negatif, dilakukan dengan mengambil zat warna terlebih dahulu yaitu nigrosin kemudian diletakkan diatas kaca objek, setelah itu dicampurkan dengan suspensi bakteri lalu diratakan. Preparat inilah yang diamati di bawah mikroskop yang didapatkan hasil yaitu bakteri yang tidak berwarna, tetapi justru lapangan pandang yang berwarna. Hal ini disebabkan karena zat warna nigrosin yang digunakan bersifat asam (negatif) sehingga zat warna tersebut tidak terikat pada dinding sel bakteri yang juga bermuatan negatif, oleh karena itu yang tampak berwarna adalah lapangan pandangnya.
Pengecatan pada bakteri Bacillus subtilis menunjukkan bakteri berbentuk batang dan bersifat transparan. Hal ini karena bakteri Bacillus subtilis merupakan bakteri gram positif. Zat warna yang digunakan bersifat basa (nigrosin), cat basa ini bermuatan negatif sehingga susah berikatan dengan dinding sel bakteri yang bersifat negatif juga, sehingga yang terwarnai adalah latar belakangnya.
Pengecatan pada bakteri Escherichia coli menunjukkan bakteri berbentuk batang  lurus dan bersifat transparan. Hal ini karena bakteri Escherichia coli mempunyai dinding sel yang bermuatan negatif yang sulit menyerap cat atau pewarna yang juga bermuatan negatif sehingga bagian yang terwarnai adalah bagian latar belakang sehingga bentuk bakteri lebih mudah terlihat.
C.  Pengecatan Gram
Untuk pewarnaan Gram, dilakukan dengan mengambil suspensi bakteri kemudian diletakkan di atas kaca objek lalu difiksasi di atas api. Untuk pewarnaan Gram ini digunakan lebih dari satu macam zat warna, karena itu disebut juga pewarnaan diferensial. Zat warna pertama yang digunakan yaitu kristal violet (Gram A), kemudian larutan mordan (Gram B) untuk menguatkan intensitas zat warna pertama, alkohol asam (Gram C) untuk melunturkan zat warna pertama yang tidak diikat kuat oleh dinding sel bakteri, dan yang terakhir yaitu safranin (Gram D) sebagai zat warna penutup. Pada pewarnaan ini dapat dibedakan antara bakteri yang bersifat Gram-positif dan Gram-negatif, yaitu bakteri Gram-positif berwarna ungu karena mengikat zat warna pertama yaitu kristal violet, dan bakteri Gram-negatif berwarna merah karena mengikat zat warna penutup, yaitu safranin. Adanya perbedaan pengikatan zat warna ini terjadi karena pada bakteri Gram-positif memiliki dinding sel yang memiliki lapisan peptidoglikan yang tebal sehingga zat warna pertama yang diserap dan telah dikuatkan oleh larutan mordan tidak dapat dilunturkan oleh alkohol asam sehingga pada akhirnya yang diamati yaitu warna ungu dari kristal violet. Sedangkan untuk bakteri Gram-negatif meskipun memiliki dinding sel yang berlapis, tetapi lapisan paling luarnya yaitu lipopolisakarida tidak dapat menahan kristal violet setelah ditambahkan zat peluntur yaitu alkohol asam, sehingga setelah ditambahkan alkohol asam tersebut dinding selnya tidak berwarna dan dengan penambahan zat warna penutup, yaitu safranin maka zat warna inilah yang diserap oleh dinding selnya, sehingga pada akhirnya yang diamati yaitu warna merah dari safranin.
Pengecatan gram pada bakteri   Bacillus subtilis menunjukkan bahwa bentuk bakteri Bacillus subtilis berbentuk batang dengan warna ungu, oleh karena itu, bakteri Bacillus subtilis termasuk bakteri gram positif dimana pewarna tetap terikat pada dinding sel karena dinding sel yang terdiri dari peptidglikan sehingga pewarna tertinggal pada dinding sel walaupun diberi pemucat, sehingga setelah ditambah safranin akan tetap berwarna ungu.
D.  Pewarnaan tahan asam
Untuk pewarnaan tahan asam dilakukan dengan mengambil suspensi bakteri kemudian diletakkan diatas kaca objek lalu difiksasi dan ditambahkan zat warna karbol fuchsin dan dicuci dengan air mengalir dan ditambahkan alkohol asam, dan zat warna selanjutnya yaitu metilen blue. Prinsip pengikatan zat warna pada pewarnaan ini sama dengan pada pewarnaan Gram. Hasil akhir yang diperoleh yaitu, apabila bakterinya tahan asam maka akan berwarna merah dari karbol fuchsin, dan apabila bakterinya tidak tahan asam maka akan berwarna biru dari metilen blue. Bakteri Mycobacterium sp, termasuk bakteri yang tahan asam.
Bagian sel dari bakteri Mycobacterium sp sel-selnya mengandung lipida-lipida dalam jumlah agak besar sehingga sangat sukar dilakukan pengecatan sederhana ataupun pengecatan gram, selain itu terdapat pula asam mycolat yang merupakan salah satu faktor penyebab sukarnya sel-sel mikroba ini dilakukan pengecatan sederhana. Apabila jenis-jenis bakteri golongan ini dicat dengan larutan karbol fuksin maka cat tersebut akan diserap dan diikat oleh sel. Cat yang telah diserap tadi ternyata sangat tahan terhadap pencucian dengan asam-asam mineral ataupun alkohol asam. Sehingga bakteri ini tetap berwarna merah.
E. Pewarnaan Spora
Pada pengecatan ini menggunakan cat safranin dan malakit hijau dimana safranin akan memberikan warna merah pada bagian induk atau sel vegetatif sedangkan malakit hijau memberikan warna hijau pada sel anaknya. Pada pewarnaan spora dapat dilihat bakteri yang berwarna merah yang menunjukkan bahwa bakteri tersebut merupakan bagian dari sel vegetatif yang bereaksi dengan safranin, tidak didapatkan bentuk spora dari bakteri Proteus vulgaris yang berwarna hijau (yang terikat oleh zat warna malachit green) disebabkan karena pada bakteri Proteus vulgaris ini tidak dapat membentuk spora.












F. Pewarnaan Kapsul
Kapsul adalah bagian sel yang berbentuk lapisan lendir yang menyelubungi sel bakteri; kapsul berbeda dengan bahan lendir hasil metabolisme yang merupakan sekresi.  Susunan kimia kapsul sangat kompleks tergantung pada gugus dan spesies bakteri, pada umumnya berupa polisakarida yang terdiri dari senyawa gula sederhana, senyawa gula amino, senyawa asam gula (“sugar acids”) atau berupa campuran bahan-bahan tersebut.
Penambahan kristal violet pada bakteri akan terikat dan dilunturkan dengan membilasnya pada larutan CuSO4 yang merupakan peluntur kristal violet, dimana larutan ini merupakan cairan kimia untuk memperjelas warna yang kita amati dan dalam hal ini tidak digunakan larutan H2SO4 sebagai peluntur warna karena dapat menghilangkan warna pada bakteri. Setelah dilakukan pengamatan didapatkan latar belakang Acetobacter sp berwarna putih dan sel bakteri berwarna ungu, sedangkan pada proteus vulgaris berwarna ungu. tersebut.



























BAB V
PENUTUP

VI.1 Kesimpulan
1.      Pada pengecatan sederhana, pewarna yang diberikan pada biakan bakteri yaitu methylen blue dimana Bacillus subtilis terlihat berbentuk basillus dan bakteri Escherichia coli  juga menunjukkan bentuk basil.
2.      Pada pengecatan negatif, bakteri yang diamati adalah bakteri Bacillus subtilis yang berbentuk basillus dan Escherichia coli  basil dimana latar pandangnya berwarna.
3.      Pada pengecatan gram, bakteri yang termasuk gram positif adalah bakteri Bacillus subtilis, karena dalam dalam pewarnaan bakteri berwarna ungu   sedangkan bakteri yang termasuk gram negatif adalah bakteri  Eschericia coli karena sewaktu pewarnaan bakteri menunjukkan warna merah.
4.      Pewarnaan tahan asam pada bakteri Mycobacterium sp menunjukkan bahwa bakteri tersebut berwarna ungu yang bereaksi dengan karbol fuksin dan termasuk bakteri yang tahan asam.
VI.2 Saran
Agar dalam praktikum, asisten selalu menemani dan mendampingi praktikan.



DAFTAR PUSTAKA

1. MS., Djide, M.Natsir Drs, ; Msi. Sartini, Dra. ; 2006 ; Penuntun Praktikum Mikrobiologi Dasar ; Universitas Hasanuddin ; Makassar

2.               MS., Djide, M.Natsir Drs, ; MS., Ny. Risco B. Gobel Dra, 1988, Mikrobiologi Umum, Universitas Hasanuddin ; Makassar

3.               MS., Djide, M.Natsir Drs, ; Msi. Sartini, Dra, 2006, Mikrobiologi Farmasi Dasar, Universitas Hasanuddin, Makassar.

4. Lud Waluyo, 1994, Mikrobiologi Umum, UMM-Press, Jakarta


5. Lay W. Bibiana, 1994, Analisis Mikroba di Laboratorium, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta

6. Malan Ditjen Pom, (1979), Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan RI, Jakarta

7. Ditjen Pom, (1979), Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan RI, Jakarta

































8. Anonim, 1986, Penuntun Praktikum Mikrobiologi, Departemen Perindustrian, Sekolah Menengah Analis Kimia, Bogor

9.  Suriawiria Unus Drs, 1986, Pengantar Mikrobiologi Umum, Angkasa,
                         Bandung

10.Pelczaer Jr. Michael, dan ECS Chan, 1986, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Universitas Indonesia, Jakarta.







LAMPIRAN

   Pewarnaan Sederhana :



 





































                                                                              
   Pewarnaan Negatif :          









1 Tetes nigrosin pada  ujung objeck glass
 




Ambil objeck glass kemudian dimiringkan dan secara perlahan-lahan hingga membentuk lapisan tipis
 

 




















   Pewarnaan Kapsul :















Text Box: Tambahkan kristal violet





 








                                                                                                         



 




                 









Text Box: A m a t i

Text Box: Serap dengan kertas uap




 









   Pewarnaan Gram :














Text Box: 1 ose olesan bakteri













Text Box: 1 tetes larutan mordan



 



































Text Box: Cuci dan keringkan






Text Box: 1 tetes etanol 96%









Text Box: 1 tetes safranin






Text Box: Amati
 





























   Pewarnaan Spora :

                                                                                       









































   Pewarnaan Tahan Asam :



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar